Materi PJJ : Belajar Membuat Pantun
Sekolah : SDN
Pinang 7 - Kota Tangerang
Kelas
: 3 A
Tema
: 8
Pantun merupakan
salah satu jenis puisi lama yang masih terkenal sampai sekarang. Teman-teman
pun pasti setidaknya pernah mendengar pantun tidak hanya di dalam pelajaran
bahasa Indonesia, melainkan juga di acara-acara hiburan adat sampai program
hiburan komedi di stasiun televisi. Karena berbagai hal ini pulalah, tidak ada
alasan untuk enggan untuk mempelajari pantun dan jenis-jenisnya.
Pengertian Pantun
Hemat
kata, pantun adalah jenis puisi lama yang tiap baitnya terdiri atas empak baris serta memiliki
sampiran dan isi. Sebelum mengenal apa saja jenis dari pantun, ada baiknya
teman-teman memahami dengan baik dulu ciri-ciri dari jenis puisi lama yang satu
ini. Tentu saja ini agar kalian dapat dengan mudah mengklasifikasikan sebuah
puisi lama itu layak disebut pantun atau tidak. Memahami ciri-ciri pantun juga
membuat kalian akan lebih mudah membuat jenis puisi yang satu ini.
Ciri-ciri Pantun
Jenis
puisi lama yang asal bermula dari kata patuntun ini pada dasarnya
diharapkan dapat menjadi penuntun hidup bagi orang yang mendengar maupun
membacanya. Tidak hanya sekadar berisi nasihat dan imbauan, penyampaiannya pun
memiliki cirri khas yang begitu kental, seperti berikut ini.
1. Tiap Bait Terdiri atas Empat
Baris
Jika prosa mengenal ada paragraf untuk tiap
rangkaian kalimat yang berada dalam satu gagasan utama, jenis puisi lebih akrab
menyebutnya sebagai bait. Tiap bait biasanya berisi untaian kata-kata yang
berada dalam satu gagasan dan umumnya mempunyai ciri khas tersendiri bergantung
jenis puisinya.
Khusus untuk pantun, puisi lama yang satu ini
memiliki ciri khas kuat, yaitu tiap baitnya selalu terdiri atas empat baris.
Barisan kata-kata pada pantun dikenal juga dengan sebutan larik.
2. 8-12 Suku Kata di Tiap Baris
Mulanya pantun cenderung tidak dituliskan,
melainkan disampaikan secara lisan. Karena itulah, tiap baris pada pantun
dibuat sesingkat mungkin, namun tetap padat isi. Oleh karena alasan inilah,
tiap baris pada pantun umumnya terdiri atas 8—12 suku kata.
3. Memiliki Sampiran dan Isi
Salah satu keunikan pantun yang membuatnya
menjadi begitu mudah diingat adalah jenis puisi lama yang satu ini tidak hanya
padat berisi, melainkan juga memiliki pengantar yang puitis hingga terdengar
jenaka. Pengantar tersebut biasanya tidak berhubungan dengan isi, namun
menjabarkan tentang peristiswa ataupun kebiasaan yang terjadi di masyarakat.
Pengantar isi pantun inilah yang kerap dikenal sebagai sampiran.
Untuk masalah penempatannya di dalam pantun,
sampiran akan selalu berada di baris pertama dan kedua. Sementara itu, isi
pantun menyusul di posisi baris ketiga sampai keempat.
4. Berima a-b-a-b
Rima atau yang juga biasa disebut dengan
sajak adalah kesamaan bunyi yang terdapat dalam puisi. Biasanya, jenis-jenis
puisi lama kental akan rima, termasuk dengan pantun. Khusus untuk pantun, jenis
puisi yang satu ini memiliki ciri khas yang begitu kuat, yakni rimanya adalah
a-b-a-b.
Yang dimaksud dengan rima a-b-a-b adalah ada
kesamaan bunyi antara baris pertama dengan ketiga pantun dan baris kedua dengan
baris keempat. Jadi, kesamaan bunyi pada pantun selalu terjadi antara sampiran
dan isi.
Jenis-jenis Pantun
Setelah memahami ciri-ciri pantun, kini
saatnya teman-teman juga mengenal jenis-jenis pantun yang biasa diujarkan
ataupun dituliskan seseorang. Berikut ini adalah jenis-jenis pantun berdasarkan
tema isinya.
1. Pantun Nasihat
Pada dasarnya, pantun dibuat untuk memberi
imbauan dan anjuran terhadap seseorang ataupun masyarakat. Karena itulah, tema
isi pantun yang paling banyak dijumpai berjenis pantun nasihat. Pantun yang
satu ini memiliki isi yang bertujuan menyampaikan pesan moral dan didikan.
Contoh:
Di jalan tak sengaja berjumpa daun sugi
Ingat manfaat, lantas cepat dibawa
Tiada belajar tiada yang rugi
Kecuali diri sendiri di masa tua
2. Pantun Jenaka
Sesuai namanya, jenis pantun yang satu ini
memang memiliki kandungan isi yang lucu dan menarik. Tujuannya tak lain untuk
memberi hiburan kepada orang yang mendengar ataupun membacanya. Tidak jarang
pula, pantun jenaka digunakan untuk menyampaikan sindiran akan kondisi
masyarakat yang dikemas dalam bentuk ringan dan jenaka.
Duduk manis di
bibir pantai
Lihat gadis, aduhai tiada dua
Masa muda kebanyakan santai
Sudah renta sulit tertawa
3. Pantun Agama
Jenis pantun
yang satu ini memiliki kandungan isi yang membahas mengenai manusia dengan
pencipta-Nya. Tujuannya serupa dengan pantun nasihat, yaitu memberikan pesan
moral dan didikan kepada pendengar dan pembaca. Akan tetapi, tema di pantun
agama lebih spesifik karena memegang nilai-nilai dan prinsip agama tertentu.
Contoh:
Kalau sudah
duduk berdamai
Jangan lagi diajak perang
Kalau sunah sudah dipakai
Jangan lagi dibuang-buang
4. Pantun Teka-teki
Jenis pantun
yang satu ini selalu memiliki ciri khas khusus di bagian isinya, yakni diakhiri
dengan pertanyaan pada larik terakhir. Tujuan dari pantun ini umumnya untuk
hiburan dan mengakrabkan kebersamaan.
Contoh:
Terendak bentan
lalu dibeli
Untuk pakaian, saya turun ke sawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala di bawah?
5. Pantun Berkasih-kasihan
Sama dengan
namanya, isi dari jenis pantun yang satu ini erat kaitannya dengan cinta dan
kasih sayang. Umumnya, pantun berkasih-kasihan tenar di kalangan muda-mudi
Melayu untuk menyampaikan perasaan mereka kepada kekasih maupun orang yang
disukainya.
Contoh:
Jelas sudah
muram si duda
Karena kasihnya tiada lagi asa
Tiada detik bias wajah dinda
Hingga lapar tak lagi terasa
6. Pantun Anak
Tidak hanya
untuk orang dewasa, pantun bisa juga disampaikan untuk anak-anak. Tentu saja
isinya lebih ringan dan menyangkut hal-hal yang dianggap menyenangkan oleh si
kecil. Tujuan awal dari jenis pantun yang satu ini adalah untuk mengakrabkan
anak dengan pantun, sekaligus memberikan didikan moral bagi mereka.
Contoh:
Kita menari ke
luar bilik
Sembarang tari kita tarikan
Kita bernyanyi bersama adik
Sembarang lagi kita nyanyikan
Sembarang tari kita tarikan
Kita bernyanyi bersama adik
Sembarang lagi kita nyanyikan
Berikut Video Pantun dari kelas 3A SDN Pinang 7 :
Salam Rindu :)
Ibu Guru Rina
Ibu Guru Rina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar